Belakangan saya mendapat kesempatan bertemu dengan anak-anak kelas 1 SD. Tidak hanya anak kelas 1 sih. Ada juga kelas 2 dan kelas 4. Saya mengajar mereka tahsin Al-Qur'an. Saya cuma mendapat tugas di kelompok itu. Masing-masing kelompok terdiri dari 10-15 anak.
Yang sangat berkesan adalah ketika berpapasan dengan saya, mereka selalu mengajak bersalaman. Tentu saja demikian juga ketika mereka bertemu guru mereka yang lain. Jadi, kalau bertemu dalam sehari 5 kali, ya, 5 kali salamannya, hee.
Tapi yang paling lucu memang anak kelas 1. Kalau mereka melihat saya dari jauh, mereka sudah berteriak memanggil saya. Mereka berlari menghampiri dan kemudian bersalaman. Tapi, tidak bersalaman saja yang membuat saya geli. Kadang ada yang memeluk saya dan bahkan mencium saya. Aiiih ...
"Bu Ridhaaaaa ... peluk, peluukk ...!"
"Mammiii mamiiii ... ciuuum ...!"
Itu anak perempuan. Anak laki-laki lain lagi. Misalnya, tiba-tiba ada yang berbisik, "Bu, saya sekarang sudah bekerja."
"Oh, ya? Bekerja di mana?" tanya saya.
"Di pesawat Malaysia yang hilang itu.
"Kamu jadi apa?" tanya saya. Dengan susah payah dia mencoba menjelaskan.
"Saya tahu pesawat itu jatuh di mana ...," katanya.
"Memangnya jatuh di mana?" tanya saya antusian plus heran. Kok, bisa anak sekecil ini mikirin pesawat yang hilang. Baca apa dia di rumah, ya? batin saya.
"Kan, ada pulau, Bu. Nah, dekat pulau itu pesawat itu jatuh. Trus kotak hitamnya masuk ke dalam laut ...."
"Trus?" tanya saya. Anak itu diam. Tapi matanya terus memandang saya. Keliatan banyak banget yang mau dia ceritakan.
"Saya belum kerja lagi," katanya. Ups ... saya geli banget mendengarnya. Haha, duh bocah!
Bersambung, ah :)
Yang sangat berkesan adalah ketika berpapasan dengan saya, mereka selalu mengajak bersalaman. Tentu saja demikian juga ketika mereka bertemu guru mereka yang lain. Jadi, kalau bertemu dalam sehari 5 kali, ya, 5 kali salamannya, hee.
Tapi yang paling lucu memang anak kelas 1. Kalau mereka melihat saya dari jauh, mereka sudah berteriak memanggil saya. Mereka berlari menghampiri dan kemudian bersalaman. Tapi, tidak bersalaman saja yang membuat saya geli. Kadang ada yang memeluk saya dan bahkan mencium saya. Aiiih ...
"Bu Ridhaaaaa ... peluk, peluukk ...!"
"Mammiii mamiiii ... ciuuum ...!"
Itu anak perempuan. Anak laki-laki lain lagi. Misalnya, tiba-tiba ada yang berbisik, "Bu, saya sekarang sudah bekerja."
"Oh, ya? Bekerja di mana?" tanya saya.
"Di pesawat Malaysia yang hilang itu.
"Kamu jadi apa?" tanya saya. Dengan susah payah dia mencoba menjelaskan.
"Saya tahu pesawat itu jatuh di mana ...," katanya.
"Memangnya jatuh di mana?" tanya saya antusian plus heran. Kok, bisa anak sekecil ini mikirin pesawat yang hilang. Baca apa dia di rumah, ya? batin saya.
"Kan, ada pulau, Bu. Nah, dekat pulau itu pesawat itu jatuh. Trus kotak hitamnya masuk ke dalam laut ...."
"Trus?" tanya saya. Anak itu diam. Tapi matanya terus memandang saya. Keliatan banyak banget yang mau dia ceritakan.
"Saya belum kerja lagi," katanya. Ups ... saya geli banget mendengarnya. Haha, duh bocah!
Bersambung, ah :)