TopMenu

Selasa, 09 April 2013

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin, 
dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. 
Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. 
Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. 
Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. 

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. 
Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.” 

— Tere Liye, novel “Daun yang jatuh tak pernah membenci Angin”
»»  baca selengkapnya ...

Kamis, 04 April 2013

Ibu-Ibu Hebat

Awal mula saya bertemu dengan ibu-ibu hebat ini memang karena takdir Allah.
Begini ceritanya.
Teman saya, sebut saja si A, memiliki sebuah grup tahsin. Pesertanya rata-rata ibu-ibu usia di atas 50-an. Tahsin mereka berjalan setiap hari Rabu siang bada zuhur. Mereka mengadakannya di sebuah aula yang dimiliki oleh salah seorang ibu peserta tahsin itu.
Ternyata grup tahsin di tempat itu ada tiga grup. Si A memegang satu grup.

Suatu siang, si A menemui saya. Dia menyampaikan kalau dia kuliah lagi. Dan intinya, setiap Rabu siang, dia tidak bisa lagi menghadiri pertemuan dengan ibu-ibu tahsinnya. Dia sudah mencari pengganti, tapi nihil. Tidak ada yang bisa. Akhirnya dia meminta saya untuk menggantikan tugasnya.

Mata saya membulat. Saya? Gak salah?
Memang sih, dilihat dari waktu, saya bisa. Tapi mengajar tahsin gitu lho? Ibu-ibu pula?
Tapi  semua alasan saya, dia tolak. Ya, sudah. Bismillah. Moga saya mampu. Dan ... moga ini menjadi pemberat amal saya di yaumil hisab nanti. Kesimpulannya, gak ada rotan akar pun jadi. Begitulah.

Saya pun mulai mengajar ibu-ibu itu. Mereka ada enam orang. Ternyata o ternyata grup yang saya pegang adalah grup tingkat advance :D. Dah canggih-canggih baca Al-Qur'annya. Mereka minta ditambahkan program hafalan. Mulai dari An-Naas, ya, Bu. Subhanallah. Saya garuk-garuk kepala. Ya, sudah. Baik, Bu, jawab saya. Semangat mereka pasti menular ke saya, batin saya.

O ya, waktu tahsin mereka dari pukul 13.00-15.00. Waktu yang enak buat tidur siang sebenarnya. Tapi tidak bagi mereka. Hal yang membuat saya lama-lama jatuh cinta kepada mereka. Bagaimana tidak? Mereka sudah agak sepuh. Berjalan kadang agak terseok karena lutut mereka mulai sakit. Tempat tahsin ada di lantai dua. Mereka harus menaiki anak tangga yang lumayan banyak. Sesampai di atas, mereka langsung duduk dan selonjoran. Posisi paling nyaman buat mereka. Saya tersenyum melihat semua itu. Tersenyum karena kagum. Begitu mata mereka bersitatap dengan mata saya, senyum ibu-ibu itu merekah. Membuat hati saya membuncah bahagia.
"Telat, ya, gue?" pertanyaan salah satu dari mereka biasanya. Pertanyaan yang membuat saya geli. "Gue"nya itu, lho.

Pada hari Rabu yang kesekian, saya sudah bersiap-siap berangkat menuju tempat mereka. Tapi, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Saya tunggu. Setelah setengah jam hujan belum reda juga. Saya bingung. Sudah pukul 13.30. Saya SMS guru yang lain menanyakan ibu-ibu di grup saya ada yang datang tidak? Agak lama, saya mendapat jawaban. "Ada, Bu. Tiga orang."
Saya pun bergegas mencari ojek. Dengan baju agak basah, saya sampai juga di sana. Saya melihat senyum ibu-ibu itu merekah melihat kehadiran saya. Indaaah sekali rasanya. Pukul 13.50 tahsin saya mulai. Sedang asyik-asyik menyimak, saya melihat satu ibu lagi datang. Oke, empat orang yang hadir, batin saya sambil melirik jam. Belum lima menit, datang  satu orang lagi. Baiklah, 5 orang sudah sekarang. Baru saja saya berpaling, duduk satu orang ibu-ibu lagi.
Enam orang!
Kumplit!
Hujan masih turun walau sudah tidak sederas tadi. Hati saya terenyuh. Rabb, luar biasanya mereka. Sudah sepuh tapi tidak mengenal uzur. Sedangkan saya? Kadang masih sering hadir terlambat di pengajian saya. Cukup banyak stok alasan kenapa saya akhirnya tidak hadir, misalnya. Saya malu dengan mereka.

Dan di akhir pertemuan, setelah doa dibacakan, tanpa sengaja ada saja yang menceritakan kondisinya. Kondisi suami, anak, cucu dan sebagainya. Dan biasanya, mereka mengakhiri dengan kalimat, "Kita saling mendoakan ya. Semoga semua masalah yang kita hadapi bisa kita atasi dengan baik." Semua mengamininya. Indah, bukan?

Ibu-Ibu Hebat, betapa saya mencintai kalian ... :)



(pas di foto, satu orang tidak hadir karena sakit)

»»  baca selengkapnya ...