TopMenu

Jumat, 01 Maret 2013

Pertolongan Allah Itu Dekat

Kalau  kita coba merenung, saya yakin semua setuju dengan judul tulisan di atas. Saya sering mengalaminya. Kita semua, pastinya. Tidak ada "kebetulan" dalam hidup. Suatu kali ketika sedang bingung karena ada acara yang harus dihadiri sementara anak tidak ada yang jagain, tiba-tiba  ponakan datang. Dan dengan senang hati bersedia menjaga anak kita. Bukankah itu pertolongan Allah?

Satu kisah yang rasanya sulit untuk saya lupakan adalah waktu saya mau melahirkan Muadz, anak pertama saya. Waktu itu saya masih bekerja di sebuah penerbitan buku di daerah Kalibata. Karena belum ada pengalaman, saya memeriksakan kandungan ke bidan dekat rumah teman saya di daerah Ps. Minggu. Sementara saya tinggal di Otista. Sebenarnya Jaka Sembung naik ojek, sih. Jauh banget dari rumah. Hehehe. Tapi karena rekomendasi dari teman dan setelah periksa yang pertama kali, saya cocok dengan bidan itu. Akhirnya berlanjut  hingga bertekad melahirkan juga penginnya dibantu beliau. O ya, bidan itu juga urang awak. Membuat saya tambah nyaman diperiksa beliau :).

Hari Senin, 9 Juli 2001 saya sudah mengambil cuti melahirkan. Malamnya, saya demam. Badan saya menggigil. Dan tidak nafsa makan. Saya sudah diwanti-wanti keluarga supaya memaksakan untuk makan. Tapi apa daya, nafsu makan itu benar-benar hilang.
Hari Kamis, 12 Juli 2001, pukul 03.00 saya merasakan kontraksi. Saya bangunkan suami dan kakak perempuan saya.

Suami segera ke jalan raya mencari taksi. Cukup lama, akhirnya beliau datang bersama taksi pesanan. Sambil mengambil barang-barang, suami cerita, tidak ada taksi yang mau distop. Hingga taksi yang ini. Tadinya sudah mau berlalu juga tapi akhirnya sang sopir memundurkan taksinya dan bersedia menjemput saya.

Sopir taksi ini rambutnya dikucir, pemirsah. Jantung saya agak deg-degan. Premankah dia? Ketika kami berjalan menuju  taksi itu, saya melihat keempat pintunya sudah dibukakan sang sopir. Saya, suami dan kakak saya pun segera menaikinya. Awalnya, taksi berjalan perlahan. Tapi lama-lama, mulai ngebut sampai saya berpegangan kuat ke jok depan. Lampu merah, karena jalanan sepi, dia terobos saja pemirsa. Saya mulai panik dan lirik-lirikan dengan kakak saya. Tapi anehnya, ketika ada polisi tidur, taksi berjalan sangat pelan. Saya menarik napas lega. Apa jadinya kalau tetap ngebut. *bayangkan*

Rumah sang bidan berada di dalam kompleks. Dua gerbang menuju rumahnya diportal. Tidak terlihat penjaga di sana. Sang sopir turun berkali-kali dan berusaha membuka gerbang. Tapi tidak bisa. Akhirnya, jalan satu-satunya adalah melewati rel kereta api. Dan itu artinya, kami harus berjalan kaki. Akhirnya alternatif inilah yang diambil. Begitu taksi sampai di pinggir rel, saya melirik argo. Lho, kok enggak nyala? Dari tadi? Saya pasrah. Dalam hati berdoa moga kami terhindar dari segala sesuatu yang buruk.

Sopir taksi  menurunkan tas dari bagasi. Saat itulah suami bertanya, "Berapa Mas?"
Tahukah pemirsaah jawaban sang sopir? "Lima ratus ribu?!" BUKAN!
"Bawa aja, Mas, buat susu bayi," katanya sambil tersenyum.

Kami bertiga kaget. "Lho, kok begitu?" tanya suami.
"Iya, gak apa-apa. Saya ikhlas. Moga Ibu dan bayinya selamat, ya," katanya sebelum pamit.

Akhirnya kami berpisah. Masih terpana, kami melanjutkan langkah menuju rumah bidan. Masih ada ternyata orang baik di Jakarta, hehehe. Kisah ini kemudian ditulis suami dan dimasukkan ke Surat Pembaca Harian Republika, dan dimuat. Ayah saya sampai melaminating guntingan berita itu. Subhanallah. Dia-lah yang telah menggerakkan hati sang sopir taksi  sehingga mau mengantarkan kami. Dan kemudian sang sopir tidak mau dibayar. Luar biasa.

Ketika kisah ini kami ceritakan ke teman-teman, ada yang bilang begini, "Ada sopir yang percaya, ketika mereka menolong orang yang akan melahirkan, mereka akan mendapatkan keberuntungan."
Entahlah.

Btw, terus apakah saya langusng melahirkan begitu sampai di rumah bidan? Tidak pemirsah. Saya melahirkan hari Jumat pukul 11.00, setelah 30 jam kontraksi datang-pergi datang-pergi :). What amazing to be a mother!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar