Judul Buku: Cinta Kamu,
Aku
Penulis: Irfan Ihsan
Penerbit: Noura Books
Tebal Buku: 320 halaman
Cetakan Pertama, Februari 2013
Bukan Drama Radio!
Fabian
Suhendra atau yang biasa dipanggil Aan, seorang pemuda 27 tahun yang masih menjomblo, bekerja di sebuah stasiun radio swasta, Flash FM. Tiga
bulan menunggak bayaran kosan membuat Aan terpaksa kucing-kucingan dengan ibu
kosnya. Malapetaka itu disebabkan karena persaingan ketat antar stasiun radio
sehingga jadwal siarannya dikurangi. Otomotis, penghasilan Aan berkurang.
Risha,
penyanyi papan atas yang tengah galau dengan Yudha, pencipta lagu kondang,
sang kekasih hati yang akhirnya menikah dengan Ratih karena paksaan orang
tuanya. Yudha berjanji akan segera mempersunting Risha, begitu urusan
perceraiannya selesai dengan Ratih.
Pertemuan
pertama Risha dengan Aan terjadi ketika Risha dan manajernya salah jadwal
interview di radio Aan. Namun dengan sangat meyakinkan, Aan berhasil
mewawancarai Risha dalam acara on air pertamanya yang cukup sukses. Pada saat
itu, Aan tidak bisa menutupi dirinya bahwa pesona Risha sudah merasuk ke dalam hatinya.
Pertemuan
kedua terjadi ketika Aan harus menggantikan rekan kerjanya untuk melakukan
reportase di sebuah acara penghargaan bagi insan musik Indonesia. Ketika mereka sedang
ngobrol berdua, wartawan datang untuk mewawancarai Risha. Tidak jauh dari
mereka, Risha melihat Yudha juga sedang diwawancarai wartawan. Yudha terlihat menggandeng
Ratih, istrinya, dengan mesranya. Yudha menyangkal isu bahwa hubungannya dengan
Ratih tidak harmanis.
Pemandangan
itu membuat hati Risha panas. Dan terjadilah sebuah ‘kecelakaan’ yang akhirnya
membuat jalan hidup Risha dan Aan berbalik 180 derajat. Kejadian yang akhirnya membuat
heboh ‘dunia persilatan’.
***
“Iya
…. Aku ngerti, kok, apa yang sebenernya terjadi. Aku juga kadang nggak bisa
ngendaliin perasaanku. Apalagi ke kamu. Terus terang sejak pertama kali lihat
kamu di studio, aku nggak bisa ngebohongin perasaan aku. Aku … sayang sama
kamu.” Perkataan Aan mengalir begitu saja, tanpa bisa dibendung. Jantungnya
berdebar, hatinya lega. Namun, kebalikannya dengan Risha, mukanya kelihatan
kaget, perasaan campur aduk antara bingung mau komentar apa, kasihan, sebal,
dan nggak tahu harus mulai dari mana.
***
Kisah
di buku ini kocak, seru, dan bernuansa religi menurut saya. Banyak adegan-adegan
kocak yang membuat saya cekikikan ketika membacanya. Salah satunya, kutipan
adegan di atas. Tidak bisa membayangkan Aan yang kepedean dengan perasaannya menyatakan
apa yang ada di dalam hatinya. Sementara Risha seperti mau meledak ingin
menyadarkan Aan: Kamu salah! Atau membayangkan ketika Aan sedang tidur kemudian
dikagetkan rekan kerjanya dan pose kagetnya itu difoto dan di-upload di
facebook. Juga ketika mereka menjalankan ide Pathur, rekan kerja Aan, yang
membawa rombongan palang pintu untuk
melamar Risha di apartemennya. Ditambah tokoh Pak Parno yang bagaikan tentara
kerajaan menyambut kehadiran Risha. Dan sang Aki, kakek Aan, yang selalu salah menyebut
nama Risha.
Buku
ini seru ya jelas saja melihat perjuangan seorang Aan untuk mendapatkan Risha
yang dunia mereka bagaikan langit dan bumi. Tapi yang paling seru dan membuat
saya lagi-lagi terbahak adalah ketika Risha, Mbak Silvi dan Lego (asisten dan
manajer Risha) harus menyamar dan menghindar dari kejaran wartawan.
Kejar-kejaran itu bagaikan adegan film James Bond adanya. Apalagi ketika berbelok
dari jalan protokol, mereka menemui jalanan yang separonya dipakai buat tenda
hajatan. Dan, Lego sukses membuat tenda dan para pemasangnya berantakan.
Sementara
nuansa religi terlihat ketika dari awal digambarkan sosok Aan yang rajin
shalat, pemuda baik-baik dan dari keluarga baik-baik. Risha yang tadinya lebih
sibuk mengurus karirnya, akhirnya tersentak ketika mendengar azan di subuh hari
dan hatinya terpanggil untuk menunaikan kewajiban yang selama ini dia abaikan. Bahkan
sang Aki, sangat khawatir mengetahui Aan memiliki hubungan dengan seorang
penyanyi terkenal. Sang Aki mewanti-wanti Aan supaya segara saja menikahi gadis
itu. Nasihat sang Aki pula yang membuat Aan kembali semangat untuk mendapatkan
Risha.
“Eh,
inget … langsung nikah! Jangan jinah! Asup neraka nanti!”
***
Dengan
bahasa yang ngepop dan alur cerita yang mengalir, buku ini menarik untuk
dibaca. Pas menjadi bacaan hiburan. Namun, dari sisi editing, ada
beberapa penulisan kata terlihat tidak konsisten. Seperti pemakaian kata
Blackberry, ada yang dimiringkan dan ada yang tidak (hal 131 dan 156).
Kemudian penulisan Royal Ballroom
Surabaya (halaman 135 dan 136). Cukup banyak kata-kata asing yang sebenarnya
sudah umum, namun ditulis dengan miring (italic). Agak kurang nyaman saja membacanya.
Terakhir,
bagi mereka yang pernah menggeluti dunia radio, pasti seru banget membaca buku ini.
Tapi jangan khawatir, bagi yang belum tahu banyak tentang dunia ini, Irfan Ihsan,
yang memang lama bergelut di dunia radio, dengan baik memberi kita gambaran
pekerjaan di radio itu seperti apa. Bagi pecinta drama romantis, buku ini recommended …!